Pelayaran yang Dipimpin Ferdinand Magelhaens
Magellan atau Magelhaens adalah seseorang yang telah cukup lama bekerja di pemerintahan Spanyol yang juga merupakan keturunan Portugis. Sama halnya seperti Columbus, Magelhaens juga memiliki ambisi untuk mencari daerah penghasil rempah-rempah yang baru.
Pada akhirnya, Magelhaens pun berangkat dari Spanyol untuk melakukan ekspedisi di tanggal 10 Agustus 1519. Dia pergi bersama 165 awak kapal yang terbagi dalam 5 kapal berbeda.
Dalam ekspedisinya ini, Magelhaens dibantu oleh Kapten Juan Sebastian del Cano sebagai kapten dari kapal yang ditumpanginya itu. Dalam kapal tersebut juga terdapat seorang penulis dari Italia yang bernama Pigafetta. Kisah perjalanan Magelhaens ini pun kemudian ditulis oleh Pigafetta secara khusus.
Pelayaran Magelhaens bersama del Cano masih melanjutkan jalur dari ekspedisi Columbus. Mereka melalui Samudra Atlantik kemudian menuju ke arah barat hingga ke pantai timur Amerika Selatan. Setelah itu, mereka juga melanjutkan perjalanan ke ujung Benua Amerika dan melewati suatu selat yang mereka namai sebagai selat Magelhaens.
Pada 1521, Magelhaens melalui Samudra Pasifik dan sampai di sebuah pulau bernama Kepulauan Massava. Pulau ini pun kemudian berganti nama menjadi Filipina yang diambil dari nama Raja Spanyol pada waktu itu, Raja Philips III. Di daerah ini, Magelhaens juga membuat tugu peringatan sebagai tanda jika Filipina merupakan salah satu wilayah dari Spanyol.
Selain itu, Magelhaens juga menyebarkan agama di setiap daerah yang dia singgahi. Namun ternyata, penyebaran agama ini menimbulkan berbagai perlawanan di sebagian wilayahnya. Salah satu perlawanan atas penyebaran agama tersebut dilakukan oleh orang-orang Mactan yang mengakibatkan tewasnya Magelhaens di Filipina.
Akhirnya, orang-orang Spanyol yang tersisa pun harus meninggalkan Filipina untuk kembali berlayar ke daerah Selatan. Dengan dua kapal yang tersisa, yakni kapal Victoria dan kapal Trinidad, mereka berlabuh di Maluku setelah melewati Kalimantan Utara. Di Maluku ini, mereka akhirnya berhasil menemukan rempah-rempah.
Penyebab Spanyol Singgah di Indonesia
Penjajahan Spanyol di Indonesia bukan terjadi tanpa sebab. Pada sekitar abad ke-15 Masehi, bangsa Eropa sudah mulai berlomba dalam hal pelayaran untuk menemukan sebuah dunia yang baru. Tujuan utama dari pelayaran mencari daratan atau daerah yang baru itu adalah untuk menemukan wilayah yang menghasilkan rempah-rempah.
Di Eropa rempah-rempah adalah komoditas utama yang memiliki nilai yang tinggi. Terlebih fungsi utama rempah-rempah tersebut adalah sebagai bahan untuk mengawetkan makanan. Pasalnya, pengawetan makanan menjadi penting untuk masyarakat Eropa guna mencegah kelaparan yang mungkin akan terjadi saat musim dingin berlangsung.
Penjelajahan dan ekspedisi yang dilakukan oleh orang Eropa termasuk Spanyol ini setidaknya disebabkan oleh 2 peristiwa politik yang penting. Peristiwa tersebut adalah kekalahan kerajaan Katolik saat Perang Salib dan jatuhnya Konstantinopel kepada kekaisaran Turki Usmani.
Saat terjadi Perang Salib, jalur perdagangan antara Eropa dan Asia juga menjadi berantakan karena perang yang terjadi di perbatasan dua benua tersebut. Selain itu, keadaan ekonomi Eropa pun terpuruk karena adanya perang tersebut. Kas kerajaan Eropa menjadi menyusut karena besarnya biaya perang yang harus dikeluarkan.
Dua abad setelah perang itu selesai, kota Konstantinopel (sekarang menjadi Istanbul) jatuh ke tangan imperium Turki Usmani Ottoman. Hal ini pun tentu saja menjadi kabar yang buruk bagi kerajaan-kerajaan Eropa. Sebab, kota Konstantinopel tersebut menjadi titik penting dalam rute perdagangan antar benua Eropa dan Asia.
Jatuhnya kota Konstantinopel ini menjadi salah satu faktor utama dari terjadinya pelayaran bangsa Eropa ke benua lain termasuk Asia dan Indonesia. Pasalnya, semenjak Konstantinopel dikuasai oleh Turki Usmani, masyarakat Eropa menjadi kesulitan untuk mencari jalan atau akses perdagangan ke Asia. Kaisar Turki Usmani, Sultan Muhammad II, juga melarang pedagang Eropa untuk masuk ke kota Konstantinopel.
Padahal kota tersebut menjadi pintu masuk utama perdagangan Eropa dengan orang Asia, khususnya para pedagang rempah-rempah. Hal itulah yang menyebabkan Eropa mengerahkan pelautnya untuk berlayar dan mencari jalur perdagangan baru sekaligus menemukan daerah penghasil rempah-rempah.
Dari negara-negara Eropa tersebut, Spanyol dan Portugis menjadi salah satu negara yang sangat aktif dalam merintis pelayaran dan melakukan ekspedisi dalam menemukan dunia baru itu. Tetapi, keduanya sempat berselisih dalam jalur pelayaran yang akan dilalui.
Pada 7 Juni 1449, akhirnya disepakati Perjanjian Tordesillas oleh Spanyol dan Portugis. Perjanjian tersebut berisi tentang dibaginya dunia menjadi dua wilayah kekuasaan untuk Spanyol dan Portugis. Wilayah tersebut dibagi berdasarkan garis yang membentang dari Kutub Selatan ke Kutub Utara.
Penjajahan Spanyol di Indonesia dimulai saat mereka berhasil menginjakkan kakinya di Tidore, Maluku. Saat itu, Spanyol singgah di Maluku setelah berlayar dari Filipina ke arah selatan melewati Kalimantan Utara.
Kedatangan bangsa Spanyol di Indonesia ini disambut baik oleh masyarakat Tidore. Tetapi, mereka justru menjadi ancaman bagi Portugis yang sudah lebih dahulu menduduki wilayah Maluku. Perselisihan antara dua bangsa Eropa itu pun tak dapat dihindari, bahkan keduanya sempat terlibat perang dengan memanfaatkan permusuhan yang terjadi pada kerajaan lokal, Ternate dan Tidore.
Untuk mengakhiri perselisihan tersebut, akhirnya dibuat kesepakatan antara Spanyol dan Portugal melalui sebuah perjanjian bernama perjanjian Saragosa. Dari perjanjian ini, akhirnya Spanyol pergi dari Maluku dan Portugis dapat terus menetap di Maluku. Dengan perginya Spanyol dari Maluku, berakhir juga penjajahan Spanyol di Indonesia.
Itulah tadi pembahasan mengenai penjajahan spanyol di Indonesia. Mulai dari awal mula, tujuan, penyebab, hingga akhirnya Spanyol tiba di Indonesia. Semoga bermanfaat untuk membantu #SahabatTanpaBatas belajar, ya!
Jika kamu ingin mencari berbagai macam buku tentang sejarah, maka bisa mendapatkannya di gramedia.com. Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca.
KOMPAS.com - Perang Diponegoro adalah serangkaian pertempuran antara Pangeran Diponegoro melawan Belanda, yang berlangsung dari tahun 1825 hingga 1830.
Pangeran Diponegoro merupakan putra Sultan Hamengkubuwono III (1810-1811).
Bermula di Yogyakarta, tempat terjadinya Perang Diponegoro meluas hingga ke banyak daerah di Jawa.
Oleh sebab itu, perlawanan Pangeran Diponegoro juga kerap disebut sebagai Perang Jawa.
Apa sebab umum dan sebab khusus terjadinya Perang Diponegoro?
Baca juga: Perang Diponegoro: Penyebab, Strategi, dan Dampaknya
Mengapa Badai Petir Bisa Terjadi?
Foto: Kilat (Unsplash.com/Ben Owen)
Faktanya, badai petir diciptakan oleh pemanasan yang intens di permukaan bumi.
Kondisi ini paling sering terjadi di daerah-daerah di dunia di mana cuacanya panas dan lembap.
Mengutip National Meteorological Library & Archive, area daratan lebih sering mengalami badai petir daripada area lautan.
Selain itu, badai petir juga lebih sering terjadi di daerah tropis daripada wilayah di garis lintang yang lebih tinggi.
Petir dan suara gemuruh biasanya datang beriringan.
Namun, petir dan gemuruh ini bisa datang bersamaan bisa datang dalam waktu yang berbeda.
Pasalnya, terdapat perbedaan kecepatan cahaya dan kecepatan suara dari keduanya.
Kecepatan cahaya ini nyatanya jauh lebih cepat dibandingkan kecepatan suara.
Oleh karena itu, Moms akan melihat petir akan menyambar lebih dahulu baru setelahnya akan terdengar suara guntur.
Lantas, bagaimana sih proses terjadinya petir? Berikut ulasannya!
Baca Juga: Begini Proses Terjadinya Hujan, Moms Bisa Jelaskan pada Anak untuk Menambah Pengetahuannya
Tujuan dari Kedatangan Spanyol di Indonesia
Penjajahan Spanyol di Indonesia pertama kali dimulai pada 8 November 1521 ketika Spanyol berhasil menginjakkan kakinya di tanah Tidore. Dipimpin oleh Kapten del Cano, kedatangan dari Spanyol ini pun memiliki tujuannya tersendiri. Mereka berkeinginan untuk mewujudkan semangat mimpi 3G, yakni gold, glory, gospel. Pengertian dari 3G tersebut adalah sebagai berikut:
Gold adalah semangat yang dimiliki bangsa Spanyol untuk mencari emas atau kekayaan. Mereka juga mewujudkan mimpi ini dengan melakukan perdagangan rempah-rempah yang merupakan komoditas utama dan memiliki harga yang tinggi.
Glory adalah semangat guna mengharumkan nama, kekuasaan, dan kejayaan dari daerah jajahannya. Oleh karena itu, mereka juga berkeinginan untuk menguasai dan menduduki wilayah yang pernah disinggahi.
Gospel adalah semangat untuk menyebarkan agama Katolik sebagai tugas suci dari agama mereka. Sehingga tak heran jika mereka juga menyebarkan kepercayaan mereka pada setiap daerah-daerah yang disinggahinya.
Pelayaran yang Dipimpin Christopher Columbus
Christopher Columbus adalah seorang nahkoda handal yang dikenal juga sebagai pedagang dan penjelajah lautan. Ketika Eropa sedang mencari jalan menuju Asia Timur, dia percaya bahwa berlayar ke arah barat dan melintasi Samudra Atlantik adalah jalan tercepat menemukan Asia.
Rencana ekspedisi ini sempat akan gagal karena terkendala biaya. Namun, Columbus berhasil meyakinkan Ratu Isabella untuk mendanai pelayarannya. Pelayaran ini sebenarnya berisiko sangat tinggi, para awak kapal pun merasa ingin membatalkannya, tetapi Columbus tetap merasa yakin dengan rencananya dan melanjutkan ekspedisi pada 3 Agustus 1492 dengan 3 kapal yang berisi 120 pelaut.
Perjalanan ini pertama kali berlabuh di Kepulauan Canary yang berada di lepas pantai Afrika. Mereka pun melanjutkan perjalanan dari Kepulauan Canary pada 6 September dengan berlayar ke arah barat. Akhirnya Columbus menemukan sebuah daratan baru yang mereka anggap sebagai India. Ternyata, daerah tersebut adalah Kepulauan Salvador yang berada di Benua Amerika.
Columbus sendiri melakukan empat kali perjalanan dalam ekspedisinya mencari daratan baru. Pada perjalanan pertama mereka berhasil menemukan San Salvador dan menjelajahi wilayah sekitarnya. Pada perjalanan kedua, dia berlabuh di Hospinia sepanjang selatan kota Kuba yang kemudian dia namai sebagai pulau Dominika.
Pada perjalanan ketiga, dia memperluas daerah jajahannya ke selatan Amerika, khususnya Trinidad dan Venezuela. Dan untuk perjalanan keempatnya, Columbus berlayar hingga ke Honduras, Panama (Amerika Tengah), Meksiko, dan Santiago (Jamaica).
Proses Terjadinya Petir
Foto: Proses Terjadinya Petir (Orami Photo Stock)
Petir adalah salah satu fenomena fisika yang terjadi di alam.
Proses terjadinya petir dimulai ketika ada perbedaan muatan listrik antara awan dan permukaan bumi, atau antar awan itu sendiri.
Proses ini dimulai saat awan cumulonimbus terbentuk, biasanya karena udara yang naik dengan cepat.
Di dalam awan tersebut, partikel-partikel es dan air bergerak dan saling bertabrakan, menyebabkan pemisahan muatan listrik.
Muatan negatif berkumpul di bagian bawah awan, sementara muatan positif berkumpul di bagian atas.
Ketika perbedaan muatan ini menjadi cukup besar, muatan negatif di awan akan mencari jalan menuju muatan positif di permukaan bumi atau di awan lain.
Jalur ini akan menciptakan kilatan cahaya yang kita lihat sebagai petir.
Suara gemuruh atau guntur yang mengikuti petir terjadi karena udara di sekitar kilatan petir memanas dengan sangat cepat, sehingga menciptakan gelombang suara.
Baca Juga: Mengenal Penyebab Gempa Bumi di Indonesia, Waspada Moms!
Fakta lain yang tidak kalah menarik dari proses terjadinya petir yaitu jenisnya.
Ternyata, petir terdiri dari beberapa jenis, yang meliputi:
Intervensi Belanda di Keraton Yogyakarta
Salah satu penyebab umum terjadinya Perang Diponegoro adalah intervensi Belanda di Keraton Yogyakarta.
Terbaginya Kerajaan Mataram Islam menjadi tiga kekuasaan (Yogyakarta, Surakarta, Mangkunegaran), pada abad ke-18 tidak lepas dari campur tangan Belanda.
Memasuki abad ke-19, situasi di Surakarta dan Yogyakarta semakin memprihatinkan.
Intervensi pemerintah kolonial terhadap pemerintahan lokal tidak jarang mempertajam konflik yang sudah ada atau justru melahirkan permasalahan baru di lingkungan kerajaan.
Hal ini juga terjadi di Yogyakarta, di mana konflik di keraton dimanfaatkan Belanda untuk menerapkan taktik adu domba.
Campur tangan pihak kolonial tidak hanya memicu perpecahan, tetapi juga membawa pergeseran adat dan budaya keraton yang tidak sesuai dengan budaya Nusantara.
Sejak Sultan Hamengkubuwono III memegang tumpuk pemerintahan Yogyakarta, Pangeran Diponegoro sangat malu dan prihatin terhadap terjadinya konflik suksesi di keraton.
Bahkan, karena sang ayah sangat sekuler dan cenderung pada budaya Barat, Pangeran Diponegoro memillih meninggalkan aktivitas di keraton dan hanya melakukan audiensi kepada ayahnya pada hari-hari besar.
Baca juga: Siapa Saja Tokoh yang Membantu Perang Diponegoro?
Intervensi Belanda di Keraton Yogyakarta
Salah satu penyebab umum terjadinya Perang Diponegoro adalah intervensi Belanda di Keraton Yogyakarta.
Terbaginya Kerajaan Mataram Islam menjadi tiga kekuasaan (Yogyakarta, Surakarta, Mangkunegaran), pada abad ke-18 tidak lepas dari campur tangan Belanda.
Memasuki abad ke-19, situasi di Surakarta dan Yogyakarta semakin memprihatinkan.
Intervensi pemerintah kolonial terhadap pemerintahan lokal tidak jarang mempertajam konflik yang sudah ada atau justru melahirkan permasalahan baru di lingkungan kerajaan.
Hal ini juga terjadi di Yogyakarta, di mana konflik di keraton dimanfaatkan Belanda untuk menerapkan taktik adu domba.
Campur tangan pihak kolonial tidak hanya memicu perpecahan, tetapi juga membawa pergeseran adat dan budaya keraton yang tidak sesuai dengan budaya Nusantara.
Sejak Sultan Hamengkubuwono III memegang tumpuk pemerintahan Yogyakarta, Pangeran Diponegoro sangat malu dan prihatin terhadap terjadinya konflik suksesi di keraton.
Bahkan, karena sang ayah sangat sekuler dan cenderung pada budaya Barat, Pangeran Diponegoro memillih meninggalkan aktivitas di keraton dan hanya melakukan audiensi kepada ayahnya pada hari-hari besar.
Baca juga: Siapa Saja Tokoh yang Membantu Perang Diponegoro?
Spanyol Tiba di Indonesia
Setelah Magelhaens terbunuh saat di Filipina, ekspedisi mencari rempah-rempah pun dilanjutkan oleh Kapten Juan Sebastian del Cano atau lebih dikenal dengan Kapten del Cano. Perjalanan ini pun disebut sebagai ekspedisi Magelhaens del Cano, yang berasal dari dua nama orang yang berbeda. Del Cano melanjutkan perjalanan ke arah Selatan melewati Kalimantan Utara dan berujung menemukan wilayah Tidore, Maluku.
Penjajahan Spanyol di Indonesia dimulai setelah mereka berhasil sampai di Tidore, Maluku. Selain itu, mereka juga singgah di sekitar wilayah Bacan dan Jailolo. Kedatangan bangsa Eropa ini pun disambut dengan baik oleh masyarakat Maluku hingga menjadikan mereka sebagai sekutu. Sebab, saat itu masyarakat Maluku juga tengah melakukan perlawanan terhadap penjajahan yang dilakukan oleh Portugis di tanah Indonesia.
Keberhasilan Spanyol sampai di Maluku yang merupakan daerah penghasil rempah-rempah pun seperti impian yang menjadi kenyataan bagi bangsanya sendiri. Selain disambut baik, mereka juga akhirnya bisa melakukan transaksi perdagangan dengan orang-orang Tidore.
Namun ternyata, kedatangan bangsa Spanyol di Maluku ini menimbulkan pertentangan dan ancaman baru bagi Portugis. Pasalnya, Portugis menganggap Spanyol dapat melanggar hak monopoli yang dilakukan oleh Portugis di Maluku.
Persaingan dagang untuk mendapatkan rempah-rempah antara Spanyol dan Portugis ini pun terus berlanjut. Mereka juga turut bersaing dengan memanfaatkan permusuhan yang terjadi pada kerajaan-kerajaan lokal, yakni Tidore dan Ternate. Alhasil, permusuhan antara kerajaan Ternate dan kerajaan Tidore pun semakin memanas karena ditunggangi oleh kepentingan Spanyol dan Portugis di dalamnya.
Saat itu, bahkan Spanyol yang dibantu oleh Tidore sempat ikut berperang melawan Portugis yang turut dibantu oleh Ternate. Karena peperangan tersebut tak terelakkan, Portugis dan Ternate pun keluar sebagai pemenangnya. Namun, kekalahan perang tidak menjadi alasan Spanyol untuk menyerahkan Maluku begitu saja. Perselisihan antara keduanya juga berlanjut untuk mendominasi perdagangan rempah di Tanah Air.
Untuk menyelesaikan konflik antara dua bangsa Eropa dan dua kerajaan lokal ini, akhirnya dilakukanlah sebuah kesepakatan perjanjian yang bernama Perjanjian Saragosa. Perjanjian tersebut dilakukan pada 22 April 1529 beberapa waktu setelah peperangan selesai. Dari perjanjian tersebut, akhirnya Spanyol harus angkat kaki dari Maluku dan Portugis dapat kembali memonopoli perdagangan di daerah tersebut. Adapun isi dari perjanjian Saragosa tersebut adalah:
Setelah perjanjian Saragosa ini disepakati, Spanyol pun kembali ke negaranya dengan melalui jalur barat hingga ke Tanjung Harapan sebelum sampai di negaranya sendiri, Spanyol. Ekspedisi yang dilakukan bangsa Spanyol ini pun dianggap sebagai sebuah perjalanan yang penting bagi sejarah manusia dan ilmu pengetahuan.
Sebab, dari ekspedisi ini diketahui jika bentuk dunia itu bulat, terbukti dari del Cano yang berlayar dari barat dan dapat kembali ke barat.
Petir Cloud-to-Ground (CG)
Salah satu jenis petir yang terjadi di alam yaitu cloud-to-ground (CG).
Ini adalah jenis petir yang terjadi antara awan dengan permukaan bumi.
Proses terjadinya petir CG diawali dengan berkumpulnya muatan listrik di dalam awan yang kemudian melepaskan diri secara cepat.
Muatan listrik tersebut meluncur ke permukaan bumi melalui jalur konduktor yang ada di bawahnya.
Jalur konduktor yang dimaksud bisa berupa pohon, gedung, menara, atau benda-benda lain yang menghantarkan listrik dengan mudah.
Petir ini bisa juga terbentuk oleh ionisasi udara di sekitarnya.
Petir CG terlihat sebagai kilatan cahaya yang sangat terang dan diikuti oleh suara guntur yang keras.